Pencemaran Kuliner Secara Biologi
Makanan yang disukai manusia pada umumnya disukai oleh mikroorganisme, seolah-olah virus, basil dan jamur yang menyerang materi kuliner yang mentah seolah-olah pada sayuran, buah-buahan, susu, daging, dan banyak kuliner yang sudah dimasak seolah-olah nasi. Roti, kuliner ringan anggun dan lauk pauk.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraian sehingga bisa mengurangi nilai gizi dan kelezatannya bahkan makan yang telah mengalami penguraian bisa menjadikan sakit bahkan kematian. Bakteri yang tumbuh di dalam kuliner mengubah kuliner tersebut menjadi zat organik yang berkurang energinya. Populasi mikroba pada banyak sekali jenis materi pangan umumnya sangat spesifik, tergantung dari jenis materi pangannya, kondisi lingkungan dan cara penyimpanannya dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada materi pangan yaitu kuat terhadap ketahanan materi pangan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam pangan bisa bersifat fisik, kimia atau biologis yang meliputi:
1. Faktor intrinsik, merupakan sifatfisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh materi pangan tersebut, seolah-olah kandungan nutrisi, pH, senyawa mikroba.
2. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan pada penganan dan penyimpanan materi pangan seolah-olah suhu, kelembaban, susunan gas di atmosfer.
3. Faktor implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.
4. Faktor pengolahan, sebab yaitu perubahan mikroba awal sebagai simpulan pengolhan materi pangan, misalnya pemansan, pendingan, radiasi dan penambahan materi pengawet.
Beberapa jenis atau spesies dari basil saproba dan basil patogen bisa serta tumbuh dan berkembang biakdengan baik jikalau kuliner yang dihinggapi itu mempunyai pH, kelembaban dan temperatur yang menguntungkan bagi kehidupan mereka, toksin yang dihasilkan ada dua
1. Enterotoksin, yaitu toksin yang mengganggu alat-alat pencernaan,
2. Neurotoksin yaitu toksin yang mengganggu urat syaraf kita. Diantara racun-racun tersebut racun yang dihasilkan oleh Clostridium Botulinum, seolah-olah kuliner dalam kaleng, spora-spora dari basil tidak mati dalam proses pasteurisasi.
Dalam keadaan tertutup (anaerob) dari suhu yang menguntungkan, maka spora-spora tersebut bisa tumbuh menjadi basil serta menghasilkan toksin, racun yang dihasilkan itu tidak mengganggu alat pencernaan melainkan mengganggu urat saraf tepi, seolah-olah racun Botulinum type A, B., C, D, dan E. Diduga Clostridium Welchii dan Perfringens juga menghasilkan Botulinum.
Dibeberapa daerah Jawa Tengah pernah terjadi keracunan sehabis mengkonsumsi tempe Bongkrek (dari ampas kelapa), racun yang terdapat yaitu asam Bongkrek yang dihasilkah Pseudomonas Cocovenenans. Kemudian di Jawa Barat keracunan Oncom yang terbuat dari kacang tanah atau ampas tahu, sedang raginya berupa jamur Monilia Sitophiladari spesies jamur tak sempurna, keracunan terjadi dari jenis jamur Neurospora Sitophila.
Makanan yang ditumbuhi Aspergillus Flavus bisa mengandung racun Aflatoksinyang berbahaya sekali jikalau sampai termakan, keracunan juga bisa diakibatkan sebab yaitu memakan udang terutama pada kondisi orang tertentu. Perlakuan panas yang tidak cukup pada pengalengan daging seringkali menjadikan spora basil pembusuk jenis Clostridia anaerob mengalami germinasi. Pencemaran oleh Clostridium Aerofoeticum dan C. Welchii akan menjadikan wangi busuk. Bakteri fakultatif anaerob seolah-olah Pseudomonas putrafaciens, Flavobakterium Elastolyticum atau Protues Vulganbis bisa menjadikan dekomposisi protein yang akan menghasilkan adonan banyak sekali metabolit berbau busuk ini berasal dari pencemaran bahan-bahan organik yang mengandung senyawa nitrogen yang bobot molekulnya rendah seolah-olah asma amino dan protein.
Sumber https://onkicabaru.blogspot.com/ Sumber https://musicaltheatrememoirs.blogspot.com/ Sumber https://kathleenandnickcole.blogspot.com/ Sumber https://superbowl2005.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar